Menikmati Kuliner Legenda, Ayam Goreng Jawa Mbah Cemplung

0
777
Foto : @terry_perdanawati

Lokasi: Sendang Semanggi, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul

Warung Ayam Goreng Mbah Cemplung ini berdiri sekitar tahun 1980an. Asal muasal nama Mbah Cemplung itu sendiri merupakan sapaan akrab dari Mbah Rejoinangun –sang pemilik warung makan- yang berasal dari Kampung Cemplung yang tidak jauh dari lokasi beliau berjualan.

Jalan masuk menuju warung makan Mbah Cemplung kita akan disambut pepohonan rindang di samping kanan kiri sebagai pelindung alami dari sinar matahari yang seakan-akan menjadi pertanda perut kita akan terlindungi dari rasa penasaran yang membuat kita menjadi lapar. Sampai di lokasi saya melihat para petugas parkir sibuk  mengatur laju kendaraan para pengunjung baik yang keluar dan masuk. Sesampainya di dalam, saya bersama teman-teman hanya bisa menoleh kanan-kiri untuk melihat meja yang kosong untuk kita tempati. Salah satu teman kami berinisiatif duduk di meja yang menunjukkan tanda-tanda kosong untuk memastikan kami mendapat tempat untuk bersantap bersama.

Kurang lebih 15 menit menunggu, dua buah porsi ayam dan nasi datang disertai tujuh gelas tergelar di meja hadapan kami. Satu persatu gelas telah berada di tangan kami masing-masing, tidak ketinggalan pula satu persatu tangan kami mulai memotong, mengiris hidangan ayam serta periuk nasi berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain.

Ayam goreng Mbah Cemplung sekilas tampak tidak ada perbedaan dengan yang lain, dari cara pengemasan, penyajian dan bentuk. Menurut Mas Dayat -cucu pertama mbah Cemplung- cita rasa asin dan gurih menjadi pembeda ayam goreng mbah cemplung tidak hanya kepada jenis makanan yang sama melainkan kepada rasa masakan yang lain.

“Kuliner Jogja cenderung memiliki rasa yang seragam yaitu manis, dari situ kami mencoba rasa yang lain dan alhamdulillah banyak orang yang cocok dengan resep kami,” ungkapnya.

“Selain itu kami juga melakukan dua kali perebusan untuk setiap potong ayam sebelum masuk ke penggorengan. Setelah ayam dipotong, kemudian direbus, ditiriskan semalam, paginya kita rebus setelah itu untuk kedua kalinya, langsung masuk penggorengan,” jelasnya.

Melewati proses dua kali perebusan, membuat olahan ayam di warung ini terkenal empuk dengan citarasa yang khas. Pemilik warung sengaja memilih ayam kampung kemanggang atau dhere yang umurnya sekitar 3 bulanan dengan berat di atas 1 kilogram. Ayam kampung yang terkenal memiliki tekstur lebih keras dibandingkan dengan ayam potong terasa sangat empuk ketika disajikan di warung ini.

Ukuran potongan daging ayam kampung memang tak sebesar daging ayam potong tetapi sudah cukup mengenyangkan makan siang anda. Ayam Goreng Mbah Cemplung disajikan bersama sambal pedas dan nasi mengepul yang menambah selera makan. Selain ayam, ada juga tempe bacem. Tidak ada sayur, hanya irisan ketimun. Anda dapat memilih sambal matang atau sambal mentah sebagai teman santap.

Warung Ayam Goreng Mbah Cemplung adalah tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu santap siang. Selain anda dapat membeli kerajinan di Kasongan, anda bisa mendapatkan makan siang di sini. Tetapi anda harus bersabar untuk dapat menikmati sajian ayam goreng karena banyaknya pelanggan setiap harinya. Warung ini dibuka pada jam delapan pagi sampai empat sore. Sekali anda menikmati sajian ayam goreng Mbah Cemplung, anda akan ketagihan untuk kembali berkunjung ke warung ini. Bukan tentang ukuran ayam, tetapi tentang rasa kelezatannya.(Aan)

Tinggalkan Komentar