Anda tentu sudah akrab dengan sosok yang terkenal dengan jargon “Mak nyuss” –nya ini bukan ? Namanya makin banyak dikenal kalangan luas ketika beliau ditunjuk untuk menjadi presenter sebuah acara variety show di salah satu stasiun tv swasta yang bertajuk Wisata Kuliner. Dimana isi acaranya mengharuskan si presenter untuk mengulik atau hunting tempat makan dan mencicipi menu istimewa andalan dan tak lupa memberikan review mengenai menu yang diicipnya, dari sinilah muncul istilah Mak Nyusss dipopulerkan pria kelahiran Surabaya, 29 April 1950 ini yang mana memiliki arti sangat sedap / enak sekali.
Bapak tiga orang ini terbilang pria yang aktif, dari muda hingga saat ini berbagai macam profesi sudah dijalaninya, ia pernah menjabat sebagai redaktur di berbagai media cetak nasional, menjadi juru kamera militer, konsultan di berbagai lembaga, aktif di berbagai oragnisasi kemayarakatan dan masih banyak lagi lainnya. Sejak usia belia ia sudah berlatih menjadi penulis lepas di berbagai media ternama. Meski namanya kerap dikaitkan sebagai pakar kuliner, sesungguhnya pria penggagas Jalan Sutra ini tidak pernah mengecam pendidikan khusus formal berkaitan dengan tata boga. Kuliahnya dulu mengambil jurusan Arsitektur di Universitas Diponegoro kandas di tengah jalan, namun semangatnya belajar tidak kandas, setelah itu ia mengikuti berbagai kursus dan pelatihan di bidang periklanan, jurnalisme, penerbitan, manajemen keuangan baik di dalam maupun luar negeri. Berbekal pengetahuannya itu kemudian ia memilih untuk menekuni dunia fotografi di Departemen Keamanan yang kemudian menggiringnya untuk menggeluti profesi sebagai seorang jurnalis. Sebagai jurnalis jam terbangnya lumayan tinggi, setelah menjadi redaktur di sana siniterakhir ia tercatat sebagai Pemimpin Redaksi di Harian Umum Suara Pembaruan, selepas itu ia menyibukkan diri menjadi penulis lepas di beberapa harian ternama seperti Komaps, Tempo, dan lain-lain. Ia memang pria serba bisa, terhitung beberapa buku sudah berhasil diterbitkannya, tulisannya variatif termasuk cerita anak-anak, novel juga cerpen, untuk novel diantaranya berjudul Pada Sebuah Beranda juga Cafe Opera. Setelah aktifmenjalani berbagai profesi dan menekuni berbagai bidang, tahun 2004 ia memutuskan untuk pensiun dini. Pensiun tidak membuatnya berhenti berkarya, ia masih terus disibukkan dengan peran-perannya sebagai konsultan komunikasi di sejumlah perusahaan, masih rutin menulis / menjadi kolumnis lepas, dan membangun bisnis kulinernya sendiri bernama Kopitiam Oey serta mempelopori sebuah komunitas wisata kuliner online yang terkenal, Jalansutra.
Berkonsentrasi di dunia kuliner dimulainya sejak tahun 2000, ia tidak menyangka bahwa di dalam sajian menu makanan itu tidak pernah berhenti membuat penasaran, selalu ada keinginan untuk sekedar mencicipi, tapi mengulik terus lagi dan lagi. Ada lagi yang perlu anda ketahui, sedari muda Bondan Winarno dikenal aktif dalam kegiatan Pramuka, dari sinilah ia bahkan memimpin regu Pramuka Indonesoa ke Jambore Pandu Sedunia ke 12 di Idaho, Amerika Serikat tahun 1967. Kembali pada fokusnya pada dunia kuliner, tidak semata-mata membuat ia bisa makan apa saja, beliau mengaku perlu mengatur pola makan dan mengukur asupan makanan dalam tubuh serta mengimbanginya dengan olah raga, melakukan kegiatan detoksifikasi serta rajin menjadwalkan general check-up ke dokter so..meski kerap makan enak, kesehatan bisa terkontrol, istilahnya “Tidak asal makan” pungkasnya. (Arisca Meir/inloveindonesia) (Foto: kubikinesme.blogspot.com)