Candi Mendut adalah peninggalan sejarah yang hingga masa kini masih digunakan untuk melaksanakan upacara keagamaan khususnya oleh umat Budha ketika merayakan Waisak setiap tahunnya, ya..Candi Mendut memang punya latar belakang agama Budha yang kental, Candi ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra, pada sebuah prasasti di Karangtengah telah disebutkan bahwa Raja Indra telah membangun sebuah bangunan suci bernama wenuwana atau yang artinya yaitu hutan bambu, seorang ahli arkeologi atau arkeolog asal Belanda J.G. de Casparis berdasarkan penelitiannya menghubugkan informasi ini dengan Candi Mendut. Candi Mendut sendiri letaknya di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tidak hanya populer bagi wisatawan domestik namun juga dikenal luas oleh wisatawan mancanegara.
Arsitektur candi seperti layaknya bangunan candi yang unik dan berkarakter hingga kini anda pun bisa menyaksikan sebuah bangunan yang dibuat oleh masyarakat masa lampau yang anggun dan kokoh, bahan bangunan yang dipakai sendiri yakni batu bata yang ditutupi batu alam. Di atas basement atau bagian pondasi terdapat lorong yang mengelilingi bangunan candi, bagian atas atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil berjumlah 48 buah. Relief yang menghiasi dinding candi berupa reief cerita Pancatantra juga Jataka di kedua tepian tangga, relief Boddhisatwa, di dinding tubuh candi relief kalpataru, dua bidadari, hariti (raksasa yang bertobat setelah bertemu Budha dan beralih menjadi pelindung anak-anak) serta atawaka. Ada juga ukiran makhluk-makhluk khayangan, dewa-dewa dan bidadari-bidadari, seekor burung garuda dan dua ekor jera, dan tentunya relief ukiran Budha dalam posisi Dharmacakramudra. Di dalam induk bangunan candi anda akan melihat adanya tiga arca Budha yang berukuran besar dengan sikap yang berbeda. Anda akan melihat di depan arca Budha sering terdapat hio-hio dan keranjang untuk menyumbang, pengunjung bisa menyalakan hio dan berdoa disini.
Candi Mendut juga dipercaya sebagai tempat berdoa kepada Dewi kesuburan (Fertility Goddes), tidak heran hal ini kemudian mendorong pasutri yang belum dikaruniai momongan untuk berziarah dan berdoa kemari. (Arisca Meir/inloveindonesia.com) (Foto: commons.wikimedia.org; rantiandrovin.com)
