6 Kisah Nyata Inspiratif Tokoh Dunia

0
6223

6 Kisah Nyata Inspiratif Tokoh Dunia
Kadang masalah-masalah yang sering kita hadapi seperti ekonomi, keluarga, keterbatasan fisik atau kegagalan dari masa lalu menjadi alasan untuk menghalangi terwujudnya cita-cita. Cobalah kita telisik sekilas bagaimana tokoh-tokoh besar ini berhasil melalui masa-masa sulit mereka.
Oprah Winfrey, Hartawan Media
Yang pertama adalah Oprah Winfrey, siapa yang tidak mengenal seorang Oprah, seorang mantan gelandangan yang tumbuh dari kemiskinan dan dibesarkan dalam keadaan yang tidak mudah. Mulai dari tinggal hanya dengan ibunya dalam kemiskinan, hingga ia akhirnya kabur pada umur 13 tahun karena tidak tahan dengan penganiayaan seksual yang dilakukan oleh kerabatnya sendiri.
Namun ia mampu bangkit berkat didikan disiplin dari ayahnya. Ia menjadi siswa teladan dan akhirnya dapat melanjutkan sekolahnya ke Tennessee State University dengan beasiswa. Setelah lulus, ia bekerja sebagai pembawa acara di TV lokal yang akhirnya menjadi pemandu acara di acara AM Chicago yang kini bernama Oprah Winfrey Show.
J.K. Rowling, Penulis Miliarder
Seorang penulis besar seperti J.K. Rowling bahkan pernah mengalami masa-masa keterpurukan. Ia menggambarkan dirinya sebagai orang yang sangat miskin yang bisa ditemukan di Inggris namun tanpa menjadi tunawisma. Rowling kehilangan ibunya ketika berumur 25 tahun karena penyakit Multiple Sclerosis. Ia juga menderita depresi klinis dan berjuang menjadi single parent. Namun pengalaman-pengalaman pahit itulah yang memunculkan serial Harry Potter. Ia merefleksikan  semua itu ke dalam tulisannya.
Chris Gardner, Pengusaha nan Dermawan
Bagi anda yang pernah menontom film “the Pursuit of Happiness”, maka anda akan mengenal seorang “Chris Gardner”. Film ini bukan sebuah kisah rekaan, namun diangkat dari kisah nyata yang dialami sendiri oleh Chris Gardner. Film ini menceritakan tentang kisahnya yang berawal dari seorang gelandangan menjadi seorang pialang saham sukses.
Kisahnya bermula ketika ia mendapat kesempatan magang di perusahaan pialang Dean Witter Reynolds. Meski tanpa gelar sarjana, ia mempunyai tekad bulat hingga akhirnya ia mendapatkan posisi di perusahaan itu dan pindah ke Bear Stearns dan menjadi karyawan terbaik. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialangnya sendiri dan mengangkat kisahnya menjadi sebuah novel dan diadapatasi menjadi film “The Pursuit of Happiness”
Steve Jobs, Visioner Apple
Steve  Jobs adalah contoh nyata inspiratif yang membuktikan bahwa sebuah tekad seseorang untuk mengejar mimpi-mimpi. Awalnya ia dipecat oleh Apple pada tahun ’80-an lalu kembali lagi ke Apple dan merevolusi perusahaan itu dan industri PC.
Dalam pidatonya yang terkenal pada acara wisuda di Stanford, Steve berkata, “Mengingat saya akan meninggal nantinya menjadi alat terpenting yang membantu saya membuat keputusan-keputusan besar dalam hidup. Karena hampir segala hal-semua harapan, kebanggaan, kekhawatiran akan kegagalan dan perasaan malu-akan hilang begitu kematian datang menghampiri, dengan menyisakan hanya hal yang benar-benar penting. Mengingat bahwa kita akan mati suatu hari nanti adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari dari perangkap pemikiran bahwa kita telah gagal. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati.”
Howard Schultz, CEO Starbucks
Howard Schultz, CEO dan Pemimpin Starbucks, menjalani masa kecilnya di rumah susun. Ia berhasil keluar dari kemiskinan melalui prestasi atletiknya. Ia mendapat beasiswa dan menjadi orang pertama dalam keluarganya yang mencicipi bangku kuliah.
Dalam perjalanan kariernya, Howard Schultz bergabung ke Starbucks pada 1982 sebagai kepala marketing dan operasi-operasi ritel. Ia lalu keluar dan mulai menjalankan kedai kopinya sendiri setelah terinspirasi budaya minum kopi di Italia. Ia pun segera membeli Starbucks pada 1987.  Howard menjadi seorang CEO yang memperhatikan kesejahteraan rakyat kecil . Starbucks memberikan jaminan kesehatan yang sangat besar kepada para karyawannya. Terlebih lagi, perusahaan itu mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk asuransi kesehatan dibanding untuk bahan material penjualan mereka, yaitu kopi. 

Michael Jordan, Superstar Bola Basket
Dikenal sebagai pemain basket terbaik sepanjang masa, Michael Jordan tidak begitu saja mendapatkan keberhasilannya itu. Ia harus berjuang keras meraihnya. Meskipun kemampuannya tak diragukan lagi, tinggi badannya tidak memenuhi syarat untuk menjadi salah satu anggota tim basket kampusnya. Mahasiswa lain yang setingkat dengannya, Leroy Smith, malah berhasil diterima dalam tim kampus.
Michael merasa marah sekaligus dipermalukan, tapi energi emosionalnya itu ia curahkan dan gunakan untuk menjadikan dirinya seorang pemain yang jauh lebih baik. “Setiap kali berlatih dan merasa lelah juga mulai timbul niatan untuk menyerah, saya akan menutup mata dan membayangkan daftar nama pemain di kamar ganti tanpa nama saya tertera di sana,” kata Jordan. “Dan biasanya hal itu akan membuat saya bangkit kembali.”
Michael akhirnya berhasil menjadi anggota tim kampus dua tahun kemudian, memperoleh beasiswa ke University of North Carolina, dan lalu direkrut Chicago Bulls.
Tokoh-tokoh di atas memperlihatkan pada kita bahwa penderitaan atau penolakan dalam hidup itu bukanlah hal yang luar biasa. Yang menjadi luar biasa apabila kita tak pernah berhenti untuk melangkah meski didera segala rintangan dan halangan, apabila kita tetap melangkah tegap menghadapi semua hadangan itu.  (Hikari Chan/inloveindonesia.com)

Tinggalkan Komentar