ENSIKLOPEDIAINDONESIA.COM – Museum Konferensi Asia Afrika merupakan tempat bersejarah yang berada di kota Bandung tepatnya di Jl. Asia Afrika No. 65. Gedung museum ini merupakan memorabilia peristiwa bersejarah yang melibatkan warga internasional juga berhubungan erat dengan keberadaan Gedung Merdeka. Alasan utama didirikannya museum ini semata-mata untuk mewujudkan keinginan para pemimpin bangsa-bangsa si Asia juga Afrika untuk mengenang agar lebih tahu soal Konferensi Asia Afrika yang mana pada masa itu diadakan saat situasi dunia semakin tak menentu akibat sisa-sisa kondisi Perang Dunia II yang belum mereda total, terbilang tahun 1955 tepat di bulan April tanggal 18-24 diadakanlah konferensi ini, bertempat di Gedung Merdeka dengan jumlah peserta atau diikuti oleh 29 negara. Dari konferensi ini tercetuslah hasil yang terkenal yakni Dasasila Bandung yang kemudian dijadikan pedoman bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk menggalang solidaritas dan kerjasama internasional yang baik.
Semangat berkeinginan hidup damai secara berdampingan menambah kekuatan moral bagi para pejuag kemerdekaan bangsa-bangsa tersebut. Untuk terus menumbuhkan semangat dan kenangan positif akan peristiwa tersebut, tercetuslah ide yang diprakarsai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M untuk membangun museum. Kemudian pada tanggal 24 April 1980 bertepatan pula dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika, Museum KAA pun diresmikan oleh Presiden RI yang kedua yakni Soeharto dan untuk menyambut peringatan Konferensi Asia Afrika ke 50 tahun, museum pun direnovasi.
Bicara soal Museum Konferensi Asia Afrika tak lepas dari gedung yang berdempetan letaknya dengannya yakni Gedung Merdeka, gedung ini punya gaya arsitektur yang tak lekang oleh waktu dan jaman, gedung yang berdiri tahun 1895 ini dulu menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Eropa. Di masa kependudukan Jepang, gedung ini diberi nama Dai Toa Kaikan dan difungsikan sebagai pusat kebudayaan.
Menjelang diadakannya Konferensi Asia Afrika, gedung ini diperbaiki ulang dan diubah namanya menjadi Gedung Merdeka oleh Presiden Soekarno. Museum KAA punya Ruang Pamer / Pameran Tetap dimana di ruangan tersebut dipamerkan koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter dengan cerita / latar belakang peristiwaa Konferensi Asia Afrika, Konperensi Kolombo, Konperensi Bogor, KAA bagi dunia internasional, profil negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika dan banyak lagi lainnya, semua hal ini dimuat dengan menggunakan sarana multimedia. Terdapat pula ruang perpustakaan dimana koleksinya mencakup soal buku-buku sejarah politik, sosial juga budaya negara-negara Asia Afrika, ada pula literatur-literatur yang memuat KTT Asia Afrika 2005, majalah-majalah tua, surat kabar, dan uniknya lagi, anda akan menmukan Braille Corner yang disediakan khusus bagi para pengunjung Tuna netral.
Selain itu ada pula fasilitas komputer dan dilengkapi pula dengan akses internet gratis (wifi) serta ruang audiovisual yang akan menayangkan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia di tahun 1950-an, film dokumenter berkenaan dengan KAA, KTT Asia Afrika , serta diadakan penayangan dan diskusi film secara tematik dengan tema kehidupan sosial budaya bangsa-bangsa Asia Afrika. Pengunjung akan didampingi dengan pemandu yang akan mendampingi kunjungan anda ke museum KAA untuk kunjungan kelompok dalam bahasa asing maupun Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah (Bahasa Sunda) namun harus reservasi terlebih dahulu sebelumnya.
Jaga sikap anda selama berada di wilayah museum, ada beberapa peraturan yang harus anda patuhi diantaranya tidak berlarian, berbicara dengan tenang supaya tidak mengganggu pengunjung lain. Tidak mengotori museum, jika ingin makan atau minum tersedia kafe museum, berpakaian rapi, berfoto boleh-boleh saja namun tidak memakai flash, dan jangan lupa setting ponsel anda pada mode sunyi. Hal ini semata-mata demi kenyamanan bagi sesama pengunjung.
Untuk mencapai Museum Konferensi Asia Afrika ini mudah sekali, bila andan naik kendaraan umum dari Terminal Bus Cicaheum, anda harus naik bus kota jurusan Cicaheum-Leuwipanjang, turun di halte bus Asia Afrika, atau jika anda dari Stasiun Hall Bandung, anda tinggal naik angkutan kota jurusan St. Hall – Gedebage, turun di perempatan Jl. Braga –Naripan, dari situ anda tinggallanjutkan dengan berjalan kaki ke arah selatan kira-kira 100 m. Museum bisa anda kunjungi tipa hari Senin – Jumat pukul 08.00 – 15.00 Wib.