Idul Adha sebentar lagi, pasti banyak dari anda yang mulai memikirkan bagaimana daging-daging sapi dan kambing itu nantinya akan diolah. Mulai dari dijadikan rendang, semur, gulai, bahkan sate. Namun saya yakin, pasti satu hal yang tidak akan terlewat dipikiran anda adalah akan mengolah daging-daging tersebut menjadi semur.
Semur merupakan hidangan yang berbahan dasar daging direbus dengan kuah pekat berwarna coklat. Kuah pekat coklat tersebut didapat dari bahan kecap manis, bawang merah, pala, jahe, merica, dan bahan lainnya sesuai selera. Kecap manis nya sendiri yang terbuat dari kedelai hitam merupakan bahan yang wajib dan pokok dalam pengolahan semur, selain sebagai pewarna alami, kecap manis ini sebagai bahan utama pencipta rasa yang sangat lekat dengan bahan-bahan bumbu yang lain. Bahan utama selain daging dan kentang bisa juga ditambah bahan tambahan lain seperti tahu, tempe, telur, ikan atau bahkan jengkol. Di Indonesia sendiri beberapa daerah memiliki semur khas daerahnya sendiri. Dari semur daging dan jengkol betawi, semur jawa tengah, hingga semur samarinda, semur bali, dan semur ternate.
Berdasarkan asal muasalnya semur sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yaitu smoor yang memiliki arti masakan yang sudah direbus dengan bawang dan tomat secara perlahan, atau bisa juga berarti teknik memasak dengan cara direbus dalam waktu yang lama menggunakan api kecil hingga bahan daging empuk. Kemudian dalam pengucapannya dalam logat orang Indonesia, Smoor menjadi semur hingga sekarang.
Semur tak hanya lezat untuk dinikmati bersama orang-orang tercinta, namun Semur juga memiliki kandungan filosofis yang bisa dijadikan pelajaran bagi yang lain. Contohnya adalah makna gotong royong dalam Semur daging Betawi. Semur daging Betawi biasanya dibuat dari daging kerbau. Didalam membuat semur Betawi ada suatu aturan yang disebut Andilan. Aturan ini adalah aturan yang mengatur cara mengolah bahan daging kerbau. Masyarakat membeli kerbau yang berkualitas tinggi secara patungan dan kerbau tersebut dipelihara sampai tumbuh menjadi kerbau yang siap untuk disembelih dan dijadikan bahan utama semur Betawi. Dari sinilah bagaimana makna gotong royong tersirat. Masyarakat betawi saling bahu membahu dalam membuat semur bahkan sejak kerbau yang akan diolah menjadi semur dipelihara dengan baik hingga proses memasak dan dibagikan secara adil kepada masyarakat.
Selain itu, dalam semur juga terkandung nilai spiritual, contohnya pada semur khas palembang, Semur Malbi. Semur ini biasanya dibuat pada hari raya Idul Fitri. Dan cara penyajiannya pun melambangkan unsur-unsur spiritual didalamnya. Nasi kuning yang menyertai semur ini dilambangkan sebagai lambang kesejahteraan dan kekayaan,yang bisa dikatakan sebagai kemenangan setelah berpuasa selama satu bulan melawan hawa nafsu.
Selain lezat, jika kita memahami apa yang kita makan, tak hanya kenikmatan ketika makan saja yang kita dapatkan, namun juga memahami bagaimana kita mengungkapkan syukur. (Hikari/ensiklopediaindonesia.com) (foto: Bango.co.id; resepmasakan.biz)