ENSIKLOPEDIAINDONESIA.COM – Festival Tabot merupakan salah satu festival di Indonesia yang banyak menarik perhatian wisatawan dari dalam negeri maupun mancanegara. festival ini diselenggarakan setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram. Festival Tabot dilaksanakan untuk mengenang kisah kepahlawanan Hussein bin Ali bin Abi Thalib , cucu Nabi Muhammad SAW , yang gugur dalam perang di Padang Karbala, Irak. Awalnya tradisi Tabot ini dibawa oleh para pekerja syiah dari Madras dan Bengali.
Mereka kemudian menikah dengan penduduk setepat, dan melanjutkan tradisi ini hingga kini. hingga akhirnya tradisi Tabot meluas hingga ke Padang, Pariaman, Maninjau, Aceh dan lainnya. namun hingga kini, hanya tinga dua tempat yang masih melaksanakan tradisi ini, yaitu, Benkulu yang dikenal dengan nama Tabot, dan Pariaman yang dikenal dengan nama Tabuik.
Tradisi ini dilakukan pertama kali di Bengkulu oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syeh Burhanuddin menikah dengan wanita Bengkulu, yang kemudian keturunn mereka disebut sebagai keluarga Tabot. Bagi masyarakat Bengkulu, mereka percaya, jika festival ini tidak dilaksanakan, makan akan terjadi bala bencana. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika festival ini penuh dengan kegiatan-kegiaan yang bersifat ritual dan kolosal. Selain menggelar upacar ritual Tabot itu sendiri, juga diadakan seperti pertunjukan seni, pasar rakyat, paeran kriya, lomba menghias delman, rebana, tari Tabot, dan pertunjukan yang lainnya.
Dalam pelaksanaan festival Tabot, ada beberapa yang harus dipersiapka, antara lain seperti pembuatan Tabot serta kenduri dan sesaji, perlengkapan music Tabot, dan kelengkapan-kelengkapan lainnya seperti bendera-bendera berwarna merah putih dan panji-panji berwarna-warni. Untuk Tabot itu sendiri berupa peti bertingkat yang dihiasi dengan kertas warna-warni. Berbagai bahan pembuat tabot yang dirangkai yaitu meliputi: bambu, rotan, kertas karton, kertas mar-mar, kertas grip, tali, pisau ukir, alat-alat gambar, lampu senter, lampu hias, bunga kertas, bunga plastik, dan bahan penunjang lainnya. Untuk prosesi yang dilakukan pada saat festival Tabot, ada beberapa tahapan.
Setelah diawali dengan pembacaan doa-doa khusus maka tahapa pertama yang dilakukan adalah Mengambik tanah (mengambil tanah) yang berasal dari 2 tempat keramat di Bengkulu, yaitu Keramat Tapak Dari dan Keramat Anggut, yang nantinya tanah ini akan dibungkus dengan kain kafan putih dan dibentuk seperti boneka manusia. Untuk tahap kedua yaitu Duduk Penja (mencuci jari-jari) Penja adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia, lengkap dengan jari-jarinya. Penja yang dianggap sebagai benda keramat yang mengandung unsur magis, harus dicuci dengan air limau setiap tahunnya.
Pada tahap ketiga adalah Meradai (mengumpulkan dana) yang dilakukan oleh Jola (orang yang bertugas mengambil dana untuk kegiatan kemasyarakatan, biasanya terdiri dari anak-anak berusia 10—12 tahun). Selanjutnya pada tahap ke-empat yaitu Manjara , merupakan acara berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji atau bertanding dal (alat musik sejenis beduk, yang terbuat dari kayu dengan lubang di tengahnya, serta ditutupi kulit lembu). Salah satu keistimewaan dari tahap Menjara ini adalah perang yang dilakukan oleh dua kelompok, yakni Tabot Bangsal dan Tabot Barkas.
Tahap kelima adalah Arak Penja, di mana penja diletakkan di dalam Tabot dan diarak di jalan-jalan utama Kota Bengkulu. Tahap keenam merupakan acara mengarak penja yang ditambah dengan serban (sorban) putih dan diletakkan pada Tabot kecil. Tahap ketujuh adalah Gam (tenang/berkabung), merupakan tahapan dalam upacara Tabot yang wajib ditaati. Tahap Gam merupakan saat di mana tidak diperbolehkan mengadakan kegiatan apapun. Tahap kedelapan yaitu Arak Gendang. Tahap ini dimulai denga pelepasan Tabot Besanding yang kemudian di arak dari tempatnya masing-masing, menempuh rute yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah semua grup bertemu, makan akan dilaksanakan pawai besar-besaran.
Tahap terakhir dari keseluruhan rangkaian upacara Tabot disebut dengan Tabot Tebuang yang diadakan pada tanggal 10 Muharam. semua grup Tabot berarak menuju Padang Jati dan berakhir di kompleks pemakaman umum Karabela. Tempat ini dijadikan lokasi Tabot Tebuang, karena di sinilah tempat dimakamkannya Syekh Burhanuddin. Acara Tabot Tebuang akan dipimpin dukun tabot tertua dan selesainya barulah bangunan Tabot dibuang ke rawa-rawa berdampingan dengan komplek makam tempat dimakamkannya Imam Senggolo (Syekh Burhanuddin) yang mengawali tradisi Tabot di Bengkulu. Terbuangnya Tabot menjadi akhir ritual upacara Tabot.