Egrang, Ketika Permainan Tradisional Mulai Tersingkir

0
986

Bagi sebagian orang yang masa kecilnya masih belum terpengaruh permainan modern seperti sekarang ini, permainan Egrang adalah salah satu permainan yang cukup menyenangkan, apalagi kalau dimainkan beramai-ramai dengan teman-teman, kita bisa berlomba siap yang paling cepat berjalan di atas egrang sampai garis finish.
Egrang sendiri adalah sepasang tongkat yang terbuat bambu yang tingginya antara 2-3 meter dan tempat buat pijakan kaki yang juga terbuat dari bambu.   Cara membuatnya yaitu, kita memotong dua buah bambu yang masing-masing panjangnya kira-kira 2-3 meter. Kemudian memotong dua buah bambu lagi untuk membuat pijakan kaki nantinya yang masing-masing panjangnya kira-kira 20-30 cm. Kemudian bambu yang panjangnya 2-3 meter tadi di beri lubang kira-kira 30 cm (atau bisa lebih tinggi/pendek) dari bawah untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek tadi lalu diikat dengan tali sampai kuat hinga bisa dijadikan sebagai pijakan kaki.
egrang2
Di Indonesia, permainan ini tersebar luas tak hanya di pulau Jawa saja, juga dengan julukan yang berbeda-beda, mulai dari tengkak-tengkak (Sumatra Barat), Ingkau (Bengkulu), Batungkau (Kalimantan), dan Tilako (Sulawesi). Meski memilki nama yang berbeda-beda, tapi alat/mainan yang digunakan tetap sama, sepasang bambu yang dijadikan pijakan.
Untuk memainkannya, biasanya egrang dijadikan sebagai ajang balap lari, namun di Sulawesi, permainan egrang dilakukan dengan cara memukul-mukulkan kaki bambu hingga lawan terjatuh, dan yang paling lama bertahan diatas bambu, maka ia yang menjadi pemenangnya. Untuk ajang balap lari, aturannya persis seperti orang yang sedang lomba lari, ditentukan garis start dan finishnya, siapa yang mencapai garis finish terlebih dahulu, maka ia otomatis menjadi pemenangnya.
Permainan egrang tak hanya membutuhkan kerja keras, tapi juga ketrampilan dan sportifitas. Pada pembuatan egrang, pemain harus bekerja keras mulai dari mencari mencari bambu, memotongnnya, hingga proses membuatnya agar seimbang ketika digunakan. Sikap ketrampilan dan sportifitas ditunjukan ketika permainan dimulai, ketrampilan dalam menggunakan egrang dan menyeimbangkan tubuh agar tidak terjatuh, dan juga tidak berbuat curang dan mau menerima kekalahan sebagai wujud sportifitas.
egrang3
Namun sayang, meski teknologi terkini membuat segalanya lebih praktis, hal itu juga menjadi salah satu penyebab semakin tersingkirnya permainan-permainan tradisional seperti egrang ini. Padahal jika dilihat dari segi sosialnya, permainan tradisional jauh lebih baik karena tidak hanya melatih kecerdasan otak saja, tapi juga melatih kemampuan fisik dan mengasah kemampuan sosial pada anak yang memainkannya. (Hikari/ensiklopediaindonesia.com) (Foto: tlc-learningcenter.blogspot.com; antarafoto.com; marketlawas.blogspot.com)

Tinggalkan Komentar