Bagi anda para pecinta seni dan ukiran, ukiran Jepara merupakan salah satu ukiran yang wajib menjadi referensi.keunikan dan keindahan seni ukir Jepara bisa dibilang salah satu ukiran terbaik di Indonesia dan menjadi salah satu komoditi ekspor utama di Indonesia, khususnya kota ukir itu sendiri, Jepara.
Seni ukir merupakan salah satu tradisi utama bagi masyarakat Jepara sejak dulu. Salah satu ke-khas-an dari seni ukir Jepara itu sendiri yaitu ukiran Jepara lebih banyak menggunakan warna alami seperti warna kayu. Namun pada perkembangannya, warna-warna dalam ukiran Jepara mulai digunakan sebagai variasi. Kebanyakan warna yang digunakan dalam ukiran tersebut seperti warna biru hijau, merah, kuning emas, atau warna gelap agar menimbulkan kesan kuno pada ukiran.
Untuk kayu yang digunakan, biasanya berasal dari kayu jati, mahoni, sengon dan lain-lain. Di Jepara, hampir seluruh kecamatan mempunyai mebel dan jenis ukiran kayu dengan keahliannya sendiri-sendiri. Hasil dari ukiran Jepara itu sendiri bisa bermacam-macam, mulai dari motif patung, daun, relief, dan lainnya.
Jepara juga menyandang predikat sebagai “kota ukir’ karena terkenal dengan industri mebel ukirnya. Untuk mendapatkan predikat ini, Jepara harus melalui perjalanan panjang. Sejarah dari seni ukir Jepara itu sendiri bermula ketika ada seorang seniman bernama Ki Sungging Adi Luwih. Ketenarannya terdengar oleh Raja dan memintanya untuk melukis sang permaisuri, namun dengan syarat ia harus menutup matanya ketika melukis sang permaisuri. Ia pun menyetujui, ketika Ki Sungging hampir menyelesaikan lukisannya, ia bermaksud memberi warna hitam pada rambut permaisuri, namun tintanya jatuh ke pangkal paha lukisan permaisuri yang terlihat sebagai tai lalat yang dimiliki sang permaisuri. Sang raja pun murka karena ia mengira bahwa Ki Sungging telah melihat istrinya.
Raja akhirnya memutuskan untuk menghukumnya. Ki Sungging diminta untuk memahat patung sambil naik layang-layang. Ketika waktu yang telah ditentukan, Ki Sungging membawa peralatan untuk memahat. Namun ketika patung tersebut masih setengah jadi, angin kencang berhembus, sehingga patung setengah jadi itu terbawa angin hingga ke Bali. Masyarakat Bali menemukannya dan menyelesaiknannya, hal ini yang membuat Bali terkenal dengan seni patungnya. Sedangkan peralatan untuk memahat patung itu terbawa hingga ke belakang gunung. Konon dari kawasan inilah seni ukir Jepara mulai berkembang.
Setelah melalui pejalanan yang panjang, seni ukir Jepara yang awalnya hanya sebuah kerjainan tangan, kini menjadi industri utama di Jepara. Terutama jika dilihat dari segi sosial dan ekonomi, ukiran Jepara terus berkembang pesat hingga mendapat predikat sebagai ‘kota ukir’.
Pemerintah daerah Jepara sendiri, untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia misalnya, dilakukan pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi Perkayuan dan pendidikan non formal melalu kursus-kursus dan latihan. Dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia ini diharapkan untuk meningkatkan kualitas produk, sehingga bisa menembus pasar internasional. (Hikari/ensiklopediaindonesia.com)