Jika memilih untuk ditawari hidup di Indonesia dengan fasilitas dan gaji yang terbatas atau hidup di luar negeri seperti Jepang dengan segala fasilitas dan income yang lebih dari cukup, tentu saja banyak yang memilih untuk hidup di Jepang. Namun ini tidak bagi Ricky Elson.
Ricky Elson, pria kelahiran Padang, 34 tahun lalu memang tak asing dikalangan pemuda Indonesia, terlebih mereka yang berkutat dengan dunia engineer. Beliaulah penemu “Selo” Mobil Listrik Nasional! Selama 14 tahun, Ricky Elson telah menyelesaikan studinya di Jepang dan bekerja di sebuah perusahaan ternama. Lulus dengan predikat Cum Laude, Ricky dipercaya oleh perusahaan tersebut untuk mengembangkan berbagai produk seperti pesawat kontrol dan sepeda listrik. Selama di Jepang, dia juga telah menemukan 14 teori tentang motor listrik yang sudah dipatenkan pemerintah Jepang. Di Jepang dia menjabat sebagai Kepala Divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet motor dan generator NIDEC Coorporation, Kyoto. Dengan segudang prestasinya di luar negeri, tak heran mengapa Dahlan Iskan memanggilnya kembali ke Indonesia untuk bergabung bersama tim pembuat mobil listrik.
Ricky Elson pun kini kembali ke tanah air. Tidak hanya proyek mobil listrik yang ia jalani, ia pun memimpin projek pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Micro Wind Turbine and PV Hybrid System) di Desa Kalihi, Sumba Timur. Belakangan ini, ia juga disibukkan dengan inovasi baru, yaitu Becak Listrik.
beliau rela meninggalkan Jepang dengan segala falisitas dan income yang beliau dapatkan, untuk hidup sederhana di desa kecil ciheras dengan kehidupan ala kadarnya sambil membimbing banyak mahasiswa-mahasiswa dan anak-anak muda yang ingin belajar bersama beliau di sana dan demi mewujudkan pembangkit listrik murah dan ramah lingkungan untuk Indonesia.
Saat ditanya mengapa ia lebih memilih untuk tinggal di Indonesia dibanding di Jepang, ia mengungkapkan bagaimana prinsip hidupnya. Bagaiamana seorang Nagamori Shigenobu, pimpinannya saat di Jepang dulu menginspirasinya. Ricky percaya bahwa kemajuan bangsa itu bergantung kepada tiga elemen utama, yaitu sains, teknologi, dan keterampilan. Ketiga elemen ini tidak bisa berjalan masing-masing, melainkan harus seiring sejalan. Ada satu kunci lain agar semua elemen ini mengantarkan kepada kesuksesan, yaitu hati yang tulus. Apapun yang ingin dilakukan, ia sepakat dengan Nagamori Shigenobu bahwa hendaknya diniatkan untuk kemaslahatan masyarakat atau untuk berkontribusi untuk dunia, tidak hanya mengejar keuntungan pribadi atau perusahaan.