Praktek Lapangan atau Magang, saat ini merupakan program wajib untuk beberapa Universitas di Indonesia. Banyaknya Mahasiswa mencari tempat untuk melakukan praktek lapangan mulai dari Perkantoran dengan kategori Negeri hingga Perusahaan Swasta.
Magang saat ini tidak hanya ditujukan didalam Negeri, namun banyak para Mahasiswa melakukan magang di Luar Negeri. Salah satunya Teguh Wahyudi. Berawal dari Program Praktek Kerja Lapangan dari Kampusnya, Teguh Wahyudi kini sukses menjadi pengusaha di Jepang, serta perusahaan yang dikelolanya memiliki banyak anak cabang dalam berbagai bidang.
Teguh Wahyudi dan Bisnisnya
Teguh mengenal dunia bisnis sejak ia duduk dibangku kuliah. Saat itu, ia mengambil S1 Fakultas Pertanian Sosial Ekonomi Unibraw-Malang karena melihat peluang bisnis dalam bidang pertanian. Secara tidak langsung, ia mengenal bisnis saat ia memulai program PKL. Saat itu, ia ditawari salah seorang petani untuk memasarkan apel hasil kebunnya.
Hambatan proses pertama penjualan apel tersebut sangat banyak. Ia ingin menjual apel dengan harga Rp 7750 perkilonya, namun hampir semua pedagang di pasar tradisional dan modern menawarnya dengan hara Rp 5000 perkilo. Setelah menawarkan beberapa kali, akhirnya ada seorang pedagang yang mau menawar dengan harga Rp 7250 per kilogram. Setelah mencapai kesepakaan dengan pemilik toko, saat itu pula lahirlah Fresh Green yang menjadi cikal bakal bisnis pertamanya.
Sukses dengan bisnis apelnya, Teguh juga melirik peluang untuk memasarkan strawberry kemasan. Dengan respon yang bagus, sejak saat it Fresh Green menyuplai seluruh toko buah yang ada di Kota Malang. Karena apel dan strawberry habis dan tidak bisa dipanen lagi, untuk tetap menjalankan kegiatan bisnisnya, ia pun mengembangkan Fresh Green menjadi kegiatan pengemasana makanan.
Pada tahun 2003, ia memiliki kesempatan melakukan kunjungan selama 3 bulan di Nagoya, Jepang. Masyarakat muslim disana sungguh luar biasa, khususnya warga Indonesia yang tinggal disana. Setelah beberapa hari, ia menyadari banyak komunitas muslim yang kesulitan mendapatkan makanan Halal. Selama 3 bulan kunjungan tersebut, ia pun memncoba-coba membuat tempe. Setelah gagal melakukan percobaan, akhirnya ia berhasil membuat tempe dengan kualitas baik. Ia menawarkannya ke teman-teman dan toko halal terdekat tempat ia tinggal. Responnya cukup bagus. Pasalnya tempe adalah makanan khas Indonesia yang unik karena itu warga Jepang sendiri pun tertarik membuat olahan makanan dari tempe.
Kini dibawah bendera PT Sariraya, ia menjalankan banyak bidang bisnis. Diantaranya adalah Tempe factorys, Meat ball factorys, Instan meat ball factorys, Sariraya sambal pecel factorys, dan juga Instan Rendang. Bahkan, ia juga berhasil menciptakan peluang bisnis di bidang restoran halal, toko halal dan juga online shop. Selain itu Teguh juga menjadi distributor untuk produk-produk halal di Jepang serta bisnis ekspor dan impor.
Bagi Teguh, untuk dapat menjadi seorang pengusaha tentu membutuhkan sebuah insting untuk dapat membaca peluang usaha. Hal ini dapat dicontoh dari bagaimana dirinya mengawali berjualan buah apel ataupun saat akan berbisnis tempe. Kemudian, seorang pengusaha juga harus memiliki perhitungan yang cukup cermat serta harus selalu bekerja keras. Contohnya, terlihat ketika ia harus menawarkan buah apel kepada banyak pedagang buah. Ia tidak berhenti untuk menawarkan buah apel dengan mencari harga penawaran yang paling tinggi.
Seorang pengusaha tidak boleh putus asa saat mengalami satu atau dua kali penolakan. Banyak kisah pengusaha sukses yang mengawali perjalanan bisnisnya dengan ditolak berbagai macam investor. Bahkan, tidak sedikit yang mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah tetapi akhirnya dapat survive dan bertahan sehingga menjadi pengusaha sukses.