Affandi Koesoema, pria kelahiran Cirebon adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia. Pelukis yang memiliki galeri lukisan bernama Museum Affandi di Jalan Adisucipto, Yogyakarta ini merupakan pelukis kebanggaan Indonesia yang namanya harum hingga ke kancah Internasional. Aliran seninya yang ekspresif dan abstrak membuat karyanya terlihat sebagai bentuk pelampiasan jiwa yang dituangkan ke atas kanvas dengan makna mendalam. Ia mendirikan museum seni lukis yang tidak hanya diperuntukan bagi dirinya sendiri tetapi juga sebagai sarana belajar bagi masyarakat umum.
Affandi merupakan salah satu pelukis paling produktif. Beliau telah menghasilkan sekitar 2000 karya. Dalam melukis, Affandi hanya menumpahkan isi dalam botol-botol cat warna-warninya. Perasaannya yang bermain-main membuat jari jemarinya bergerak cepat di atas kanvas mencampur warna-warna sesuai dengan apa yang disaksikannya. Hal inilah yang membuat karya Affandi menjadi sangat istimewa. Dia tidak menggunakan kuasnya, tetapi ia menggunakan jari jemarinya dalam membentuk gambar yang indah.
Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia.
Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan “Bintang Jasa Utama” yang dianugrahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul “Kepada Pelukis Affandi”.
Selain itu Prix International Dag Hammerskjold juga menerbitkan buku kenangan untuk mengenang Affandi pada 1976 yang diterbitkan dalam 4 bahasa: Indonesia, Inggris, Belanda dan Perancis. Penerbit lainnya seperti Kanisius juga menerbitkan buku tentang Affandi yang ditulis oleh Nugraha Sumaatmadja pada 1975. Kebesaran namanya membuat Affandi tetap menjadi seorang Affandi. (Hikari/inloveindonesia.com)