ENSIKLOPEDIAINDONESIA.COM – Titim Fatimah, sang maestro sinden sekitar tahun 1620 tidak asing bagi orang yang hidup pada saat itu. Tak hanya terkenal di Jawa Barat, tetapi juga terkenal hingga ke seluruh penjuru nusantara. Perempuan kelahiran Deli, Sumatra Utara, 1963 memulai karirnya di usia yang sangat muda.
Ia pertama kali diperkenalkan sinden oleh ayahnya pada umur 5 tahun, saat itu ia dibawa pulang oleh orang tuanya kembali ke kampung halaman mereka di Subang, Jawa barat. Setelah beberapa tahun ia mempelajari sinden, ia memberanikan diri untuk menjadi sinden di RRI bandung, namun ditolak. Tanpa putus asa, ia bisa bergabung dengan sinden di RRI Jakarta. Mulai pada saat itu karirnya mulai berkembang dan mulai dikenal banyak orang. Hingga Presiden Soekarno pun sering mengundangnya sebagai pengisi acara bersama grup Seni Sunda Studio RRI Jakarta.
Pada puncak karirnya, ia menjadi sinden paling terkenal dan sukses secara finansial sepanjang masa. Sebagian honornya ia sumbangkan untuk membangun SD yang hingga kini masih berdiri.
Perjuangannya di dunia seni sunda patut diteladani. Karena beliau, pamor sinden saat itu menjadi meningkat. Sinden sunda tidak hanya di kenal di Jawa Barat tapi juga dikenal secara nasional. Karena beliau, harkat dan martabat sinden menjadi terangkat. Atas sumbangsihnya terhadap kebudayaan sunda tersebut, pada tanggal 23 Pebruari 2003 presiden Megawati Soekarno Putri memberinya penghargaan Satya Lencana Kebudayaan.
Untuk menghargai jasa beliau Pemda Subang juga pernah pernah menyelenggarakan pasanggiri sinden sunda dengan tajuk “Piala Titim Fatimah” pada tahun 2002 dan 2004. Namun event ini tak pernah digelar lagi hingga sekarang. Beberapa seniman sunda juga menyarankan untuk membuat patung Titim Fatimah atau sekedar dijadikan nama jalan untuk mengingat jasa beliau. Namun sayang, hal tersebut belum terwujud hingga kini.