ENSIKLOPEDIAINDONESIA.COM – Tak hanya warga Surabaya saja yang bisa melihat patung Suro dan Boyo saja, kini warga dan wisatawan di Kota Busan, Korea Selatan, dapat melihat ikon dari Kota Surabaya, Jawa Timur tersebut. Patung tersebut diresmikan oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan Hur Nam Sik selaku Walikota Busan, di taman kota yang terletak di kawasan BIC (Busan Indonesian Center).
Peresmian ini dilakukan dalam rangka 20 tahun kerjasama Sister City antara Kota Surabaya dan Kota Busan. Selain itu, persahabatan antar kedua kota juga dilambangkan dengan menamai salah satu jalan di Kota Busan dengan nama Surabaya.
“20 tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama rentang waktu tersebut, ada banyak keuntungan yang diperoleh Surabaya dan Busan yang sama-sama merupakan kota terbesar kedua di masing-masing negara.Semoga ke depan hubungan kerjasama bisa semakin erat dan sinergi sehingga membawa dampak positif bagi masyarakat,” ujar Tri Rismaharini.
Wiwiek Widayati, selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya, menjelaskan bahwa monumen Suro Boyo yang dipajang di Busan merupakan hasil karya seniman lokal, Agung Tato. Patung dibuat setinggi 2,6 meter dan diameter 0,75 meter dengan bahan perunggu. Rangkaian vertikal patung diletakkan di atas tatakan bundar berdiameter 3 meter.
“Seluruh proses pengerjaan patung dilakukan di Surabaya, setelah itu barulah dikirim ke Busan,” tandas Wiwiek Widyawati.
Sementara itu, Kepala Bagian kerjasama yakni Ifron Hady Susanto, menerangkan bahwa banyak sekali manfaat yang diperoleh sejak terjalin kerjasama pada 1994. Salah satunya termasuk di bidang budaya dimana Surabaya maupun Busan sama-sama aktif mengirim delegasi seniman secara rutin.
Busan tiap tahun selalu mengikuti Cross Culture Festival (CCF) yang diselenggarakan oleh Pemkot Surabaya. Surabaya pun mengirim seniman untuk mengikuti event di Korsel bertajuk Global Gathering.
Patung Suro Boyo sendiri merupakan lambang Kota Surabaya yang terinspirasi dari dua hewan, yaitu ikan sura dan buaya. Dulu dua hewan ini konon begitu melegenda. Dulunya lautan luas sering menjadi tempat perkelahian antara ikan sura dan buaya. Keduanya sama-sama kuat dan cerdik hingga tak ada yang menang atau kalah. Untuk menghentikan perkelahian ini akhirnya keduanya sepakat untuk membagi daerah kekuasaan: ikan sura mencari mangsa di air dan buaya di darat.
Namun suatu hari, ikan sura mencari mangsa di sungai, hal itu membuat buaya murka. Ikan sura tidak merasa salah karena ia berpikir bahwa sungai adalah wilayah perairan, sedangkan buaya ngotot bahwa sungai merupakan bagian dari daratan, keduanya pun terlibat perkelahian hebat. Kisah tersebut begitu berkesan di hati masyarakat Surabaya hingga kedua hewan diangkat menjadi lambang kota.