ENSIKLOPEDIAINDONESIA.COM – Seorang satpam di Gading Serpong, Tangerang, Banten, meninggal setelah tergigit ular weling. Sebelum diketahui jenisnya secara pasti, banyak masyarakat yang kebingungan apakah ular tersebut ular weling (Bungarus Candidus) atau Welang (Bungarus Fasciatus). Kompas.com pun menghubungi peneliti reptil dan amfibi Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), untuk mengetahui perbedaan keduanya.
Ular jenis ini sama-sama berbahaya, Tetapi welang memang lebih jarang ditemukan. Pasalnya, welang lebih suka berada di area hutan, sedangkan weling bisa ditemukan di sawah atau area pemukiman penduduk. Ular tersebut juga merupakan ular nocturnal atau beraktifitas di malam hari sehingga jarang terlihat pada siang hari. Namun jika kalian bertemu ular weling ataupun welang jangan pernah mendekatinya apalagi menganggunya seperti yang dilakukan satpam di Serpong.
Amir menjelaskan, Ular weling ini termasuk ke dalam kategori neurotoksin sehingga efek yang ditimbulkan oleh ular ini tidak sakit tapi langsung mematikan saraf pernafasan. Untuk itu seseorang yang terkena gigitan ular weling harus ditangani secara cepat. Tidak hanya itu, mitos-mitos yang berkembang di masyarakat terkait penanganan pertama digigit ular selama ini hanya berdasarkan mistis ukan medis.
Oleh karena itu, Amir pun meminta semua orang untuk mempraktikkan keamanan bila bertemu ular weling, welang, atau ular yang berwarna mencolok lainnya. Lantas kalau harus menangkapnya anda menggunakan grab stick atau hook stick sehingga ular bisa ditangkap tanpa disentuh tangan manusia.
Oleh karenanya jika seseorang terkena gigitan ular berbisa, maka yang harus dilakukan adalah imobilisasi. Jika banyak bergerak, maka bisa ular tersebut akan menyebar ke seluruh tubuh. Imobilisasi itu dibuat tidak bergerak seperti patah tulang, Jadi dikasih kayu dari ujung jari sampai pangkal sendi. Imobilisasi dilakukan agar otot tidak bergerak, Setelah dilakukan imobilisasi selanjutnya dibawa ke dokter untuk segera dilakukan penanganan lanjutan.
Bila bisa ular masuk dalam jumlah cukup besar ke dalam tubuh, beberapa waktu kemudian akan timbul gejala-gejala kercunan yang khas. Gejala ini misalnya adalah kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas serta pada akhirnya kegagalan kerja jantung.